Halo, Harian Wanita Indonesia...
Hawania, Bersyukurlah kita ternyata masih ada penyelamat lingkungan di Indonesia yang ikhlas mengabdi dan tidak hanya mencari keuntungan semata. Terlebih lagi beberapa di antaranya adalah para wanita Indonesia, yang membuktikan wanita Indonesia juga mampu berjasa bagi masyarakat melalui pengabdian terhadap lingkungan hidup.
Lima nama berikut merupakan wanita pahlawan lingkungan hidup Indonesia yang diambil dari mereka yang menerima penghargaan Kalpataru tingkat nasional di bidang lingkungan hidup. Penghargaan Kalpataru diberikan setiap tahun oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada perorangan atau kelompok masyarakat yang telah menunjukkan inisiatifnya dan telah berjuang demi pelestarian lingkungan hidup. Berikut Inilah 5 Wanita Pahlawan Lingkungan Hidup Indonesia.
Wayan Sutiari Mastoer, wanita Indonesia ini berjasa dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup dengan cara mengumpulkan sisa-sisa tumbuhan dan sampah anorganik untuk didaur ulang menjadi hiasan seperti bunga kering, hiasan dinding, bros, giwang dan sebagainya. Wayan Sutiari Mastoer merupakan warga Surabaya, Jawa Timur yang juga bendahara POPRI (Perkumpulan Olahraga Pernapasan Indonesia). Hasil karyanya diminati oleh banyak kalangan sampai Pulau Bali bahkan mancanegara. Wayan Sutiari Mastoer merupakan wanita Indonesia penerima Kalpataru kategori Perintis Lingkungan 2006.
2. Theresia Mia Tobi
Theresia Mia Tobi |
Theresia Mia Tobi, wanita Indonesia yang tinggal di RT 13 RW 06, Dusun Bawalatang, Desa Nawokote, Wulanggitang, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur ini tanpa kenal lelah melakukan pemberdayaan masyarakat melalui penanaman pohon dengan semboyan khasnya “bila satu pohon ditebang, akan diganti dengan penanaman seribu pohon”. Semboyan tersebut sukses diukur dari keikutsertaan seluruh warga Desa Nawakote kemudian melakukan pembibitan, penangkaran, hingga penanaman gaharu di pekarangan rumah maupun areal hutan. Atas usahanya Theresia Mia Tobi menerima Kalpataru kategori Perintis Lingkungan 2008.
3. Kholifah
Kholifah |
Kholifah, wanita Indonesia ini merupakan penerima Kalpataru kategori Perintis Lingkungan tahun 2010. Kholifah berasal dari desa Kedungringin, Beji, Pasuruan, Jawa Timur telah dikenal dengan usahanya yang gigih dalam melestarikan lingkungan. Sejak tahun 1999 Kholifah merintis pembuatan trichogramma atau pupuk organik cair, pupuk organik padat, pengembangan jenis jamur, dan pengembangan tanaman hias hanya dengan dengan peralatan sederhana. Program ini dilaksanakan untuk membantu meningkatkan produksi petani, dan ternyata berhasil menurunkan penggunaan pupuk buatan maupun pestisida kimia.
4. Dra. Endang Sulistyowati
Dra. Endang Sulistyowati |
Dra. Endang Sulistyowati, wanita Indonesia ini sehari-hari berprofesi sebagai guru biologi dan pendidikan lingkungan hidup di SMAN 2 Kota Probolinggo, Jawa Timur. Dra. Endang Sulistyowati aktif dalam berbagai organisasi masyarakat, selain itu Dra. Endang Sulistyowati juga aktif mengajak penduduk setempat menanam 23.000 pohon bakau di lahan seluas 5 ha yang terletak di pesisir utara Kota Probolinggo. Dra. Endang Sulistyowati juga sosok penggagas penanaman pohon SAJISAPO (Satu Jiwa Satu Pohon) di lingkungan sekolahnya. Berbagai pengabdiannya sukses megantarkannya sebagai penerima Kalpataru Kategori Pembina Lingkungan tahun 2010.
5. Dian Rossana Anggraini
Dian Rossana Anggraini |
Dian Rossana Anggraini, Dengan menanam kita mendapatkan mata air, dengan tidak menanam kita mendapatkan air mata. Konsep tersebut dipegang oleh Dian Rossana Anggraini, Ketua Bangka Flora Society (BFS) yang mengantarkan Dian Rossana Anggraini ini menjadi peraih pertama penerima penghargaan bergengsi Kalpataru tahun 2015. Nama kelima dari jejeran wanita pahlawan lingkungan hidup Indonesia ini aktif dalam mengajak masyarakat sekitar tempat tinggalnya untuk menanam pohon dan menjaga kehijauan lingkungan.
Nah, Hawanians, sesungguhnya tidak sulit untuk menjadi wanita pahlawan lingkungan hidup Indonesia. Dibutuhkan keteguhan untuk selalu menjadikan lingkungan kita bersih dan sehat. Sebab bukan hanya untuk diri sendiri, namun untuk keberlangsungan makhluk hidup lainnya dan juga anak cucu kita semua.